Nama Marco Verratti identik dengan permainan elegan, penguasaan bola yang nyaris sempurna, dan visi permainan kelas dunia. Meskipun tubuhnya kecil dan sering diragukan karena posturnya, gelandang asal Italia ini telah membuktikan bahwa otak dan teknik bisa lebih menentukan dari kekuatan fisik dalam sepak bola modern.
Setelah lebih dari satu dekade bersinar di Eropa bersama Paris Saint-Germain (PSG) dan menjadi roh permainan Timnas Italia, kini Verratti tengah menikmati tantangan baru di Al-Arabi SC di Liga Qatar, sembari tetap dikenang sebagai salah satu gelandang terbaik generasinya.
Awal Karier: Dari Pescara ke Paris
Lahir di Pescara, Italia, pada 5 November 1992, Marco Verratti memulai karier profesionalnya di klub lokal Pescara Calcio. Di usia yang sangat muda, ia menunjukkan kecerdasan luar biasa sebagai pengatur tempo. Bersama pelatih Zdeněk Zeman, Verratti menjadi bagian dari tim Pescara yang menjuarai Serie B 2011/12, bersama talenta lain seperti Lorenzo Insigne dan Ciro Immobile.
Keputusannya untuk langsung hijrah ke PSG pada tahun 2012 — tanpa pernah tampil di Serie A — sempat menuai kritik. Namun Verratti membungkam semua keraguan. Dalam waktu singkat, ia menjadi jenderal lini tengah tim ibu kota Prancis, bahkan saat dikelilingi oleh bintang-bintang besar.
PSG: Sang Pengatur Ritme dalam Era Galácticos Prancis
Selama 11 musim bersama PSG (2012–2023), Marco Verratti memainkan lebih dari 400 pertandingan, memenangkan 9 gelar Ligue 1, 6 Coupe de France, dan berbagai trofi domestik lainnya. Meskipun PSG gagal meraih Liga Champions, Verratti selalu tampil konsisten dalam kompetisi Eropa dan menjadi fondasi utama dalam era penuh bintang seperti Zlatan Ibrahimović, Neymar, Mbappé, dan Lionel Messi.
Dikenal dengan ketenangan luar biasa saat ditekan, Verratti memiliki akurasi umpan mendekati 90% per musim, dan menjadi salah satu gelandang dengan catatan “progressive passes” terbaik di Eropa. Ia juga dikenal sebagai gelandang bertahan yang agresif, tapi mampu menjaga ketenangan — sebuah kombinasi langka yang membuatnya tak tergantikan.
Timnas Italia: Pahlawan Euro 2020
Verratti telah membela Timnas Italia sejak 2012 dan mencatat lebih dari 55 caps. Momen puncaknya datang saat membawa Gli Azzurri menjuarai EURO 2020 (yang dimainkan pada 2021 akibat pandemi COVID-19). Meskipun absen di dua laga awal karena cedera, ia kembali di babak gugur dan menjadi pilar lini tengah dalam skema Roberto Mancini.
Duetnya bersama Jorginho di lini tengah menjadi fondasi penguasaan bola Italia, dan perannya dalam semifinal serta final sangat menentukan. Gelar Euro tersebut menjadi pembuktian bahwa Verratti bukan sekadar pemain klub, tetapi juga pilar tim nasional yang sukses mengantar Italia kembali ke puncak sepak bola Eropa.
Pindah ke Qatar: Pilihan Tenang di Pengujung Karier
Pada musim panas 2023, Verratti mengambil keputusan mengejutkan dengan hijrah ke Al-Arabi SC di Liga Qatar. Meski dikritik karena dianggap “menyerah terlalu cepat” pada sepak bola Eropa, Verratti menyatakan bahwa ia ingin mencari pengalaman baru sekaligus menjauh dari tekanan konstan.
Di Qatar, ia masih tampil elegan dan menjadi magnet perhatian di setiap pertandingan. Kehadirannya dianggap meningkatkan standar liga lokal dan memberi teladan bagi pemain muda di Timur Tengah.
Masa Depan: Kepelatihan dan Warisan
Meski belum mengumumkan rencana pensiun, Verratti telah menyatakan ketertarikannya pada dunia kepelatihan dan pengembangan pemain muda. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, tak banyak bicara, tapi sangat dihormati di ruang ganti. Banyak yang percaya bahwa suatu hari, Verratti akan kembali ke PSG atau Italia dalam peran pelatih atau direktur teknis.
Kesimpulan:
Marco Verratti adalah representasi langka dari pemain yang memadukan kecerdasan, kontrol bola sempurna, dan visi luar biasa dalam tubuh mungilnya. Ia mungkin tak selalu menjadi headline seperti para pencetak gol, tapi dialah yang mengatur irama permainan dari balik layar. Dari Pescara ke Paris, dari Wembley ke Doha — jejak Verratti adalah kisah tentang teknik, kesabaran, dan kejayaan tanpa kegaduhan.