
Sorong, 9 Agustus 2025 – Upaya rehabilitasi ekosistem pesisir di Papua Barat mendapat dorongan besar dengan dimulainya program penanaman 1 juta bibit mangrove di wilayah Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong, dan beberapa lokasi strategis lainnya.
Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah, LSM lingkungan, serta masyarakat adat setempat. Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar, yang hadir langsung di lokasi penanaman, mengatakan bahwa Papua Barat memiliki salah satu kawasan mangrove terluas dan paling sehat di dunia. “Dengan program ini, kita tidak hanya menanam pohon, tapi juga memulihkan habitat penting bagi ikan, kepiting, burung, dan satwa lainnya,” ujarnya.
Bibit mangrove yang digunakan adalah jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia marina, yang terbukti tahan terhadap gelombang pasang dan memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbon. Penanaman dilakukan secara bertahap dengan melibatkan lebih dari 3.000 relawan, termasuk pelajar, mahasiswa, dan komunitas nelayan.
Bupati Sorong, Johny Kamuru, menegaskan bahwa proyek ini akan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. “Mangrove yang tumbuh subur akan meningkatkan hasil tangkapan nelayan dan juga bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata edukasi,” katanya.
Ahli ekologi pesisir, Dr. Rendy Alamsyah, menambahkan bahwa setiap hektar hutan mangrove mampu menyimpan karbon 4 kali lebih banyak dibanding hutan hujan tropis. “Inilah mengapa restorasi mangrove menjadi salah satu strategi penting dalam mengatasi perubahan iklim,” jelasnya.
Selain penanaman, program ini juga mencakup pelatihan pengelolaan ekowisata, pembuatan jalur trekking mangrove, dan pembangunan pusat informasi lingkungan. Pemerintah menargetkan tingkat kelangsungan hidup bibit mencapai minimal 80% dalam lima tahun ke depan.
Dengan langkah ini, Papua Barat diharapkan tidak hanya menjadi benteng ekologi pesisir Indonesia, tetapi juga menjadi contoh sukses sinergi pelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat.