
09 Juli 2025
Kabar membanggakan datang dari dunia perfilman Indonesia. Film garapan sutradara muda Mouly Surya, berjudul “Ronggeng di Atas Arang”, berhasil menembus ajang bergengsi Festival Film Cannes 2025 dan menyabet Special Jury Prize dalam kategori Un Certain Regard. Ini menjadi salah satu pencapaian tertinggi film Indonesia di kancah internasional dalam satu dekade terakhir.
Film ini diadaptasi bebas dari novel karya Ahmad Tohari dan menggambarkan kisah seorang penari ronggeng yang berjuang mempertahankan jati diri dan kebebasannya di tengah tekanan budaya dan sistem patriarki di sebuah desa fiktif di Jawa Tengah tahun 1970-an.
Kisah Penuh Makna Sosial dan Budaya
“Ronggeng di Atas Arang” bukan sekadar drama sejarah, tetapi juga cerminan:
-
Perjuangan perempuan melawan norma yang mengekang
-
Konflik antara tradisi dan kebebasan
-
Identitas budaya yang terpinggirkan
-
Tuntutan masyarakat terhadap peran gender
Film ini memperkenalkan tokoh utama, Raras (diperankan oleh Putri Marino), yang menjadi pusat cerita. Ia dipaksa mengikuti jejak ibunya sebagai ronggeng desa, namun menolak tunduk pada sistem yang mereduksi tubuhnya menjadi objek hiburan semata.
Deretan Pemeran dan Tim Produksi
Selain Putri Marino, film ini juga menampilkan:
-
Ario Bayu sebagai kepala desa yang menyimpan rahasia
-
Christine Hakim sebagai dukun ronggeng yang mewariskan tradisi
-
Yayan Ruhian dalam peran antagonis yang mencuri perhatian kritikus
Didukung oleh sinematografi epik dari Iqbal Lubis dan musik etnik kontemporer garapan Aksan Sjuman, film ini memadukan estetika artistik dengan kekuatan narasi lokal.
Apresiasi Internasional dan Domestik
Penayangan perdana di Cannes mendapat standing ovation selama 8 menit, dan banyak kritikus internasional menyebutnya sebagai “karya sinema Asia Tenggara yang autentik dan memukau.”
Beberapa media ternama memberikan ulasan positif:
The Hollywood Reporter: “A stunning portrayal of feminine strength beneath cultural ashes.”
Le Monde: “Un chef-d’œuvre d’Indonésie.”
Kompas: “Film ini adalah api yang membakar keraguan bahwa sinema Indonesia bisa mendunia.”
Dampak dan Harapan
Kesuksesan “Ronggeng di Atas Arang” diyakini akan mendorong:
-
Lebih banyak adaptasi sastra Indonesia ke layar lebar
-
Meningkatnya minat investor dalam film festival-oriented
-
Daya tarik industri film Indonesia di pasar global
Film ini juga membuka diskusi publik soal peran budaya dalam membentuk dan menekan perempuan, yang masih relevan hingga kini.
Kesimpulan
“Ronggeng di Atas Arang” bukan hanya film, tapi suara kuat dari perempuan Indonesia yang selama ini terbungkam oleh adat dan budaya. Dengan kemenangan di Cannes, sinema Indonesia kembali bersinar, membawa kisah lokal ke panggung dunia dengan cara yang anggun, tajam, dan menggugah.
Film ini dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 25 Agustus 2025 dan telah dinanti oleh penonton yang haus akan sinema bermakna dan bermutu.